Perjuangan membuat surat keterangan sehat
Kesimpulannya :
- jangan patah semangat
- fokus pada tujuan
- nikmati porses dan alur
- toh itu perjuangan nasib sendiri
lebay
Mungkin agak lebai sih ini artikel, tapi tak mengapa, setidaknya mayan untuk ngisi waktu luang daripada bengong diatas genteng tetangga, sambil mikirn ayam banyak yang mati secara masal.
Jadi gini, aku membuat surat keterangan sehat
untuk pemberkasan karena aku dinyatakan lulus pada sebuah formasi cantik (tapi
tak lebih cantik dari kamu sih).
efek minim literasi
Aku emang minim literasi, minim pergaulan, istilah
kerennya cupu dan kuper, sehingga saat membuat surat keterangan sehat pun asal
kratak bae.
Awal membuat surat keterangan sehat ke rumah sakit
elit swasta, aku pikir tak mengapa, sepemahamanku sih yang penting aku dinyatakan
sehat oleh pihak yang kompeten dibidang kesehatan.
Duaarr… , dapat informasi dari tetangga, teman,
saudara, ternyata surat keterangan sehat harus ada tanda tangan dari dokter yang
berstatus PNS.
Lega
Gaspoll, gak pake mikir, langsung nyari dokter
yang berstatus PNS, konsul dan keluar surat keterangan sehat, ditandatangani
dokter yang memang PNS.
Dapat info lagi, mesti dari instansi pemerintah
setempat, gak lama mikir, langsung gaspol lagi coy, nyari puskesmas setempat,
beres, surat keterangan sehat pun didapat, Lega, Plong, bisa rebahan manis
diatas genteng sambil nelen wuwungan.
RS Negeri
Dapat sms dari kawanan se-angkatan, jaman itu
emang masih musim sms, pemegang android hanya kalangan anak sultan. Didapat info,
surat keterangan sehat harus dari Rumah Sakit Negeri, aku mikir lama, perasaan
di cirebon tidak ada Rumas Sakit Negeri deh.
Tanya temen lagi, Bahwa di Cirebon tidak ada
rumash sakit negeri, dia nyebutin nama-nama RSUD Arjawinangun, Waled, Gunungjati,
Mitra Plumbon, bernafas sejenak, tak terasa sudah hari ketiga, langsung gaspol
menuju RS Mitra Plumbon, ternyata ditolak, mengarahkan untuk ke RS Gunungjati, atau
Arjawinangun, Pilihan tertuju ke RS Gunungjati, ternyata antrian lagi banyak,
merenung, berfikir, dasarnya aku yang minim sifat sabar, akhirnya diputuskan
pindah ke Arjawinangun.
Antri juga
Tiba di Arjawinangun, tetap antrian juga, malah
lebih banyak, faktor umur yang tidak lagi muda, mondar mandir naik motor jadul,
berdampak pada lelah, diputuskan untuk bersabar pada antrian, namun tak terasa
waktu menunjukkan jam 14.30.
Lanjut esoknya, hari keempat, datang jam 7
kurang, sengaja agar dapat antrian lebih awal, doorrr. Dapat antrian kedua.
Lanjut proses medis, kesana kemari, baru kelar
jam 14 an, dapat info, mesti nunggu paling lama 4 hari untuk mendapatkan surat
keterangan sehat, karena harus mengumpulkan hasil dari pemeriksaan, mata,
jantung, darah, narkotika, wawancara, kejiwaan, dan lain sebagaiknya, tentu
sangat dimaklumi, karena memang bukan hanya diperiksa oleh satu dokter.
berhasil
Lega, surat keterangan sehat pun sudah
ditangan. Bahagianya tak dapat dideskripsikan dengan kosakata, pokoknya seneng
banget deh, Lelah, letih, panas, dan lain sebagaiknya seolah hilang dalam
hitungna detik.
Tidak peduli berapa total biaya yang
dikeluarkan, toh ada andil dari duit ortu juga sih (hahaha), disaat mendadak ada
biaya tambahan, kebetulan kehabisan uang, ada teman yang juga ikutan suplai.