Belajar ngaji usia 52 tahun
Sabtu, Agustus 20, 2022
Add Comment
Deskripsi
Artikel ini diposting tanpa sepengetahuan yang bersangkutanBersumber dari kesaksian dan obrolan santai
Nama orang disamarkan
Nama lokasi ada pada Admin
Pesan moral
“Belajar tidak mengenal istilah usia”“jangan malu dalam belajar”
Belajar ngaji usia 52 tahun
Motivasi belajar ngaji
Dimulai sejak 7 hari dari Hari Lebaran Idul Fitri 1443 H/ Mei 2022, berada pada sebuah rumah mengaji milik salah seorang warga setempat, berdekatan dengan masjid atau tajug.“ingin mengkhatamkan Al Quran, selama masa muda dulu, belum pernah khatam Al Quran, beralasan sudah keburu dengan pernikahan”, menurut pengakuan Ria disela-selah obrolan santai dengan salah satu pengajarnya.
“melancarkan bacaan Al Quran, ingin ada yang membetulkan bacaanya” lanjutnya. Ria merasa bacaan Al Quran masih banyak memiliki kekurangan dalam pelafalan huruf hijaiyah.
Tidak malu tidak gengsi
Dalam kesehariannya, disaat mengaji usai Maghrib, Ria ikutan berbaris antri bersama kedua cucunya yang juga mengaji pada Ustadzah di tempat yang sama.Usia Ustadzah
Bahkan, Ustadzah Ijah (samaran) kelahiran tahun 1993, merupakan teman sepermainan dari Anak kedua dari Ria, Ustadzah Zu (samaran) kelahiran 1981, hanya selisih 4 tahun dari usia Anak pertama Ria.Jika berisan antrian pada Ustadzah Zu telah kosong, Ria langsung maju dan mulai mengaji, atau Jika berisan antrian pada Ustadzah Ijah telah kosong, Ria langsung maju dan mulai mengaji.
Anak-anak yang antri mengaji semunya terheran, karena ada Nenek ikutan antri berbaris untuk mendapat giliran mengaji, namun kurang dari seminggu mereka tidak lagi merasakan keheranan, telah menjadi hal biasa.
Ustadzah saling menolak
Ustadzah Zu dan Ustadzah Ijah saling melempar menolak, bukan tanpa alasan keduanya menolak untuk membimbing Ria. Adalah merasa ilmu tentang Al Quran masih sangat minim, ditambah kesenjangan usia terpaut jauh. Kegigihan dan keseriusan Ria ingin belajar Al Quran berhasil meyakinkan kedua Ustadzah, hingga akhirnya keduanya mau membimbing Ria.Usia Santri
Di tempat ini, terdiri dari santri lintas usia, usia termuda 3 tahun ditambah Nenek Ria berusia 52 an, kegiatan mengaji ini disebut juga sebagai kegiatan Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (GM3), program khas dari Kementerian Agama sejak tahun 2012 hingga sekarang.Gratis iuran
Biaya listrik bulanan
Daya 900 Watt kategori R1M, pembayaran Listri termurah berada pada angka 400 ribu hingga mendekati angkat 450 ribu per bulan, setiap bulan sering mendapat surat cinta dari PLN, karena pembayaran dilakukan melewati batas tanggal 20, bahkan dalam kurun waktu satu tahun beberapa kali harus melakukan pembayaran sekaliguas 2 bulan akibat tunggakan.Doa bersama sebelum ngaji
Sebagaimana para santri anak-anak, Ria pun ikut berbaris membaca doa niat sebelum mengaji hingga bacaan tahiyat, dilakukan secara bersama-sama.Jumlah pengajar
Terdiri dari 3 Ustadz dan 3 Ustadzah, seiring waktu, dengan alasan mencari penghasilan, seorang Ustadz bekerja di siang hari hingga sore, lebih sering pulang diatas waktu isa sehingga tidak ada kesempatan untuk membimbing santri mengaji, seorang Ustadz lain pun mencari penghasilan disiang hari dan pulang diatas waktu isa. Masih ada 1 Ustadz lagi, sebagai cadangan disaat salah satu dari ketiga Ustadzah berhalangan hadir.Jumlah santri
Semula berjumlah diatas 60 santri lebih, namun tenaga pengajar dan sarana tempat kurang memadai, santri lain dianjurkan untuk mengaji ditempat lain yang tidak jauh dari lokasi.Kegiatan Magrib mengaji dimulai sejak tahun 1970, bertempat di Tajug sekitar, tahun 2012 pengasuh utama (Kiai Asan) meninggal dunia. Diteruskan beberapa muridnya untuk melanjutkan membimbing mengaji para santri yang ditinggal gurunya, hingga tahun 2013 semangat anak-anak masih ramai seperti semula ketika sang Kiai masih ada.
0 Response to "Belajar ngaji usia 52 tahun"
Posting Komentar
terimakasih telah berkomentar dengan bijak